Menu

My other blog

Sabtu, 17 September 2016

Boku wa Kimi O Suki Da Part 3 (by Risky Nurhikmayani)

Lanjutan dari cerita sebelumnya
Part 1 : http://animeplusstuff.blogspot.co.id/2015/01/boku-wa-kimi-o-suki-da-part-1-by-risky.html
Part 2 : http://animeplusstuff.blogspot.co.id/2015/02/boku-wa-kimi-o-suki-da-part-2-by-risky.html


THE FAMOUS
            Seminggu kemudian.
            “Hai, Ai-chan, sudah pulang?!”
            “Eh,...” Apa aku nggak salah lihat. Kak Masaya nungguin aku di depan kelas. Memang sih sudah seminggu ini, dia ngebantuin aku ketika aku ketemu kak Ryan, aku hubungin dia trus dia akan datang nolongin aku. Tapi aku tidak percaya kalau dia mau nungguin aku di depan kelas “Masaya-nii chan, kok bisa ada disini?” kataku sambil celingak-celikuk.
            “Aku jemput kamu, kemarin kamu bilang takut pulang sendiri karena Ryan selalu gangguin kamu.”
            “Maaf sudah merepotkan.”
            “Nggak kok, aku senang bisa membantu”
            Wah, bukan saja tampan tapi kak Masaya juga punya hati yang sangat lembut dan perhatian.
            “Masaya...” terdengar teriakan seorang cewek. Aih, ternyata teriakan itu dari kak Jane, dia bersama teman se-gengnya. Kak Jane merupakan anggota geng ‘The famous’, seperti nama gengnya, mereka memiliki ketenaran yang luar biasa. Hal itu karena anggotanya memiliki wajah yang cantik dan merupakan orang-orang yang berduit. Geng ini terdiri dari empat orang termasuk kak Jane di dalamnya.
            “Jane?!”kata Masaya.
            “Masaya lagi ngapain? Kok berdua ama anak ini?”
            “Oh, maksud kamu Ai-chan? Aku mau ngantar dia pulang.”
            Hahaha... aku bersorak dalam hati. BANZAI!!! (Horray).  Pasti kak Jane kesal abis, karena kak Masaya mau ngantar aku pulang. Hehehe... rasakan itu!
            “Masaya, pulang bareng aku aja yuk!” kata kak Jane sambil mengaitkan tangannya ke lengan kak Masaya.
            Wekh, enak aja. Langsung datang nyerobot. Aku kan juga mau pulang bareng kak Masaya.
            “Hmm... tapi aku udah janji sama Ai-chan untuk ngantar dia pulang. Iya kan Ai?”
            “I..Iya..” Perkataan kak Masaya membuat hatiku damai. Sekarang pasti kak Jane mati kesal. Anggota ‘The famous’ yang lain berjalan ke belakangku. Aduh, ada apa ini? Firasatku akan terjadi hal buruk nih.
            “Oh... gitu, padahal aku mau minta Masaya ngebantuin aku ngerjain PR bahasa Jepangku.” Kak Jane memasang tampang putus asa. “Nggak bisa yah?” Gawat dia pasang tampang memelas, kak Masaya jangan tertipu dengan tampangnya itu.
            “Eh, Ehm... gimana yah, aku udah terlanjur janji sih.”
            SIP, kak Masaya nggak terpengaruh. Tiba-tiba salah satu dari anggota ‘The famous’ yang lain bicara. Dia adalah kak Riri.
            “Kalau Masaya mengkhawatirkan anak ini, biar kami saja yang antarkan dia pulang. Dia pasti aman bersama kami.” Katanya dengan nada yang meyakinkan. “Bagaimana Ai –chan?!” dia meremas tanganku dari belakang.
            “Aouw!” kataku karena sakit.
            “Ai-chan ada apa?” tanya kak Masaya khawatir.
            “Ada apa Ai-chan?” kak Riri juga bertanya kepadaku seakan bukan dia tak melakukan apa-apa padaku. Tapi apa yang harus kulakukan, kalau kukatakan bisa-bisa aku dapat masalah dengan mereka. Dari gosip yang tersebar di sekolah, katanya semua anak yang berani melawan ‘The famous’ akan mengalami nasib yang sangat tragis selama masih bersekolah disini. Dengan terpaksa, aku harus memberi jawaban yang terbaik.
            “Ehm... nggak apa-apa kok, Kak! Kakak pergi saja sama kak Jane, biar aku pulang ditemani teman-teman kak Jane.”
            “Baiklah kalau gitu. Jaga dirimu yah!” kata kak Masaya. Secepat kilat kak Jane mengkait tangan kak Masaya dan menariknya pergi.
            Aduh, kok kak Masaya pergi sih?! Gimana nasibku selanjutnya yah?”
####
            Sesuai dugaanku, tidak mungkin mereka akan mengantarkan ku pulang. Mereka membawaku ke gudang sekolah, lalu mendorongku.
            “Aouw.... sakit...” kataku sambil memegang tanganku yang tertabrak di tembok karena di dorong oleh mereka.
            Mereka bertiga berdiri dihadapanku, bergantian mencaci maki aku. Aku cuma bisa menundukkan kepalaku.
            “Hei, anak kecil, kamu itu genit banget yah? Terus-terusan berada di sekeliling Masaya. Mengganggu pemandangan banget.” Kak Riri membentakku lalu menjambak rambutku.
            Aku sudah tidak bisa membendung air mataku “Aouw... sakit... kak... hiks... hiks...” kataku sambil berusaha melepaskan tangan kak Riri dari kepalaku. 
            Dia lalu mendorongku lagi ke tembok. Aku sudah tidak berdaya menghadapi tiga monster ini.
            “Kalau kamu berani dekat-dekat dengan Masaya lagi, kami bakalan melakukan hal yang lebih kejam dari ini. Yuk, kawan-kawan kita pergi ninggalin si centil ini.” Mereka bertiga pergi meninggalkan aku.
            Aku tak tahu harus bagaimana lagi, setelah mereka pergi yang kubisa hanyalah menangis sendirian di gudang yang gelap ini.
                                         ####                                        
            Dua hari kemudian.
            Sudah dua hari ini aku nggak ngebalas SMS kak Masaya, juga nggak ngangkat telpon darinya entah apa yang dia pikirkan. Tapi, aku harus melakukan ini supaya aku nggak berurusan sama geng ‘The famous’ itu lagi. Setiap pulang sekolah aku juga berusaha menghindar darinya. Mana Mia nggak ada lagi, padahal aku lagi butuh-butuhnya teman curhat. Sekarang Mia sedang pergi berkemah, sudah empat hari dia disana, besok lusa baru dia pulang.
            “Ai,” kudengar suara kak Masaya dibelakangku, aku segera mempercepat langkahku. Tapi dia menangkap tanganku dari belakang.
            “Ai-chan, kamu kenapa? Kenapa kamu ngehindarin aku?”
            “Aku nggak pa-pa kok,” kataku sambil berusaha lepas dari tangannya.
            “Ada yang aneh denganmu...”
            “Beneran, aku nggak apa-apa!!” aku mempertegas ucapanku sebelumnya. Aku berusaha secepatnya bisa menjauh dari Masaya, karena kalau sampai ‘The famous’ lihat aku sama kak Masaya, aku bakal habis.
            Kak Masaya melepaskan tangannya, “Kalau memang kamu nggak apa-apa, temani aku ke toko buku hari minggu ini, ada buku yang ingin ku cari, aku juga mau ngobrol dengan kamu. Aku akan datang ke rumahmu untuk menjemputmu” Kak Masaya lalu pergi.
            Kak Masaya... sebenarnya aku mau di dekat kamu tapi kalau dilihat sama ‘The famous’, aku bisa mati.
####
            Hari Minggu di kediaman Akagi.
            “Masaya wa doko e ikimasuka?” (Masaya mau pergi ke mana?) Ucap seorang wanita paruh baya yang terlihat seperti keturunan Belanda. Usut punya usut, ternyata ibu Masaya adalah orang Pranciss, itulah sebabnya mengapa rambut Masaya berwarna pirang. Ayahnya orang Jepang, merupakan pemilik ‘Akagi-corporation’ salah satu dari tiga perusahaan furniture terbesar di dunia. Mereka pindah ke Indonesia sementara, karena ingin mengawasi secara langsung kinerja anak perusahaan mereka yang ada di Indonesia.
            “Mise e ikitai desu.” (Ingin ke toko buku)
            “Mise de nani o shimasuka?” (Ke toko buku mau apa?)
            “Hon o kaitai desu.” (Ingin beli buku)
            “Dare to isshoni ikimasuka?” (Pergi dengan siapa?)
            “Watashi no tomodachi desu.” (Dengan teman)
####
            Di kediaman Ogata.
            ‘TING...TONG...’ ‘TING... TONG...’
            “Ya, tunggu sebentar!” ibu membukakan pintu.
            “Ohayou gozaimasu! Ai-nya ada tante?” (Ohayou gozaimasu : Selamat pagi)
            “Ada, silahkan masuk! Tante panggilkan dulu yah?!”
            Masaya masuk lalu duduk menungguku.
            “Ai-chan... Ai-chan... ada orang mencarimu, cepat turun!” Ibuku meneriakiku untuk segera turun.
            Sebenarnya aku bahagia banget hari ini bisa pergi jalan berdua sama kak Masaya. Tapi, aku juga takut kalau sampai bertemu salah satu anggota ‘The famous’ di jalan. Semoga aja nggak ketemu!! Aku bergegas turun.
            Ya... ampun, ternyata kak Masaya kalau nggak pakai seragam sekolah tambah ganteng aja dan juga terlihat semakin dewasa. Aduh, kalau begini rasa suka-ku bisa bertambah 40%. Aku harus menenangkan diriku sebelum berbicara.
            “Masaya-nii chan sudah lama menunggu?”
            “Nggak kok, baru juga datang. Yuk, kita pergi!”
            “I... Iya...”
            “Pamit dulu yah Tante.”
            “Iya, jaga Ai-chan baik-baik yah! Dia itu suka bertingkah aneh.” Ibuku menggoda kami.
            “Ah, Ibu... kok ngomong kayak gitu sih?” ucapku dengan bibir manyun.
            “Baik, Tante! Pasti akan ku jaga baik-baik.” Kami berdua keluar, lalu meninggalkan rumahku menuju ke salah satu toko buku yang cukup besar, dan memiliki koleksi buku yang cukup lengkap.
            Di toko buku.
            Gawat penyakitku kambuh lagi. Aku ini kalau ke toko buku, kalau aku pergi bersama orang lain pasti aku pulangnya sendirian abisnya orang yang bersamaku pasti akan ninggalin aku. Alasannya, karena jika sudah sampai disana aku akan sibuk sendiri mencari komik dan membacanya. Sambil tertawa seperti orang bodoh.
            “Ai-chan lucu banget! Ketawa sendiri.”
            Merasa malu dengan ucapan kak Masaya, sontak aku langsung memukulkan komik yang aku baca ke kak Masaya. Tentu saja, dengan pukulan yang nggak keras, maksud pukulannya sih cuma bercanda. “Masaya-nii chan jahat, kok bilang kayak gitu sih?”
            “Aku nggak jahat kok, cuma mengatakan hal yang sebenarnya.” Katanya sambil setengah tertawa.
            Akupun ikut tetawa. Rasanya lega, bisa tertawa lagi bersamanya. Sudah beberapa hari ini aku jarang tertawa semenjang kejadian itu.
            “Ai-chan manis deh kalau lagi tertawa.” Kak Masaya menggodaku.
            “Berarti selama ini aku nggak manis yah? Aku baru manis kalau aku tertawa?” ucapku setengah bercanda.
            “Masaya... kebetulan banget yah? Kita bertemu di sini. Eh, Ai juga ada yah?” Kak Jane dan teman-temannya dari ‘The famous’ menghampiri kami.
            Rasanya aku hampir mati berdiri. Kenapa bisa bertemu disini sih?
            “Kalian datang bareng yah?” tanya kak Riri dengan wajah yang mengeluarkan aura seakan berkata, ‘BERANINYA KAMU DI DEKAT DIA LAGI!’
            “Iya, Ai-chan temani aku cari buku.” Jawab kak Masaya dengan polosnya. Sepertinya dia tidak merasakan aura jahat yang dipancarkan oleh ke empat monster dari ‘The famous itu’
####

4 komentar:

  1. greget bangett... ngapain the famous ke toko buku segala(?) yang benar saja(?) biasanya geng sosialita kek gitu mah nongkrongannya bkn di toko buku =3=)/
    *Aiiii~~~ hidupmu tragis sekali nakk hiks hiks >,<)~

    *ditunggu lanjutannya, Ekky-sama °3°)/

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih sudah berkenan membacanya, ini cerita di tulis pas kelas 3 sma jadi masih alay jalan ceritanya hihihi

      Hapus
    2. walupun seprti itu,,, tapi ceritanya tetap menyentuh hati >3<)/
      *tetap berkreasi ekky-oneesama... i'll support u :3 :3 :3

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus