Menu

My other blog

Sabtu, 17 September 2016

Boku Wa Kimi O Suki Da Part 4 (by Risky Nurhikmayani)

Lanjutan cerita sebelumnya
Part 1 : http://animeplusstuff.blogspot.co.id/2015/01/boku-wa-kimi-o-suki-da-part-1-by-risky.html
Part 2 : http://animeplusstuff.blogspot.co.id/2015/02/boku-wa-kimi-o-suki-da-part-2-by-risky.html
Part 3 : http://animeplusstuff.blogspot.co.id/2016/09/boku-wa-kimi-o-suki-da-part-3-by-risky.html


DEVIL FROM THE FAMOUS
            1 Hari yang lalu, sebelum Masaya pergi bareng Ai.
            “Ma... Masaya, tunggu!” Jane mengejar Masaya.
            “Ada apa?”
            “Kamu mau ke kelas Ai-chan lagi?”
            “Iya...” Masaya berbalik dan akan meninggalkan Jane, tapi dengan begitu gesitnya Jane langsung memegang tangan Masaya dari belakang.
            “Kenapa kamu mau kesana? Kenapa kamu tampak peduli sekali dengan anak itu?”
            Masaya terdiam sesaat, “Aku tidak tahu.”
            “Apa?! Kamu tidak tahu? Apakah kamu menyukainya? Apa itu sebabnya?”
            Masaya hanya terdiam.

          “Jawab! Kalau kamu tidak tahu, mengapa kamu tolak aku? Apa karena kamu menyukai anak itu?” Jane tidak bisa lagi menahan air matanya. “Hiks... Hiks....”. Genggaman tangan Jane mulai melonggar. Masaya melepaskan tangannya dari Jane.
            “Maaf, Jane. Tapi aku juga tidak tahu. Aku hanya ingin melindunginya.” Masaya pergi meninggalkan Jane.
            “Awas saja anak itu, aku pasti akan mendapatkan Masaya. Dengan cara apapun.”
            Hari Minggu di toko buku (lanjutan)
            “Oh, yah? Kalau gitu aku bantuin kamu cari buku juga.” Kata kak Jane.
            Memang benar dugaanku, pasti kakak-kakak ini bakalan sangat mengganggu. Tapi, itu tidak terlalu menjadi masalah. Yang menjadi masalah terbesarku saat ini adalah bagaimana caraku nantinya menghadapi kemarahan mereka. Besok aku pasti akan di labrak habis-habisan sama ‘Devil from the Famous’ ini julukanku untuk mereka, abisnya mereka seperti iblis sih.
            “Ai-chan nggak keberatan kan? Kalau kami juga ikut membantu?” tanya salah seorang anggota ‘The famous’ yang lain yang bernama kak Maria.
            Aku harus apa? dan bagaimana yah? Mana mungkin aku bilang ‘tidak’, soalnya mereka mengeluarkan aura seakan berkata, ‘KAMU HARUS MENURUTI KAMI, KALAU TIDAK RASAKAN NANTI AKIBATNYA!’
            “I... Iya...” jawabku dengan memasang tampang senyum paksaan di wajahku.
            Yah, jalan-jalan berdua sama kak Masaya jadi batal deh.
####
Kelas X-2
            ‘KRIING-KRIING’
            “Anak-anak jangan lupa kerjakan PR kalian, sekarang kalian boleh pulang!” Pak Guru meninggalkan ruangan.
            Mia menghampiriku, “Ai-chan pulang bareng yuk!”
            Tumben banget nih anak ngajakin pulang bareng, biasanya sih dia pulang bareng Kevin. Ada angin apa yah?
            “Tumben banget, kenapa nggak pulang bareng Yayang mu itu.” Kataku mencoba menggodanya.
            “Aku punya dua alasan untuk itu...”
            Dua alasan? Ada-ada saja anak ini, kalau kupikir-pikir lagi, kenapa Kevin mau jadian sama anak ini yah? Memang sih temanku ini memiliki wajah yang cantik dan manis. Tapi dia juga agak aneh sepertiku, meskipun aku masih lebih aneh lagi daripadanya.
            “Alasan pertama... karena aku merasa bersalah karena selama ini tidak menemanimu, aku kan sabhabatmu jadi sudah seharusnya aku selalu bersamamu....”
            “Alasan yang kedua?” tanyaku karena aku merasa ada yang nggak beres.
            “Yang kedua, karena Kevin lagi sakit. Dia nggak bisa jemput aku. Daripada aku pulang sendirian mendingan pulang sama kamu.”
            Hahaha... ketahuan juga belangnya. Ternyata karena pacarnya sakit yah? Tapi untung juga sih, setidaknya ada yang nemanin aku jalan, karena aku takut, sebentar pasti geng ‘The famous’ bakalan mencegatku dan membuat perhitungan kepadaku. Aduh... aku harus gimana yah?
            “Baiklah, ayo kita pulang... Biar kutebak... sebenarnya alasanmu yang sebenarnya adalah yang kedua kan?”
“Iya sih, tahu aja kamu!” jawabnya cengengesan.
            Ketika aku berbelok di perempatan yang berada dekat dengan toilet sekolah, ternyata geng ‘the famous’ sudah menungguku. Gawat mati aku!
            “Ada apa ini?” tanya Mia keheranan.
            Kak Jane mendorong Mia, tiga orang yang lain memegangiku lalu menarikku masuk ke dalam toilet.
            “Lepaskan!...” Aku berusaha memberontak. Kak Riri lalu menamparku dengan sangat keras, tubuhku terdorong ke tembok, aku tidak kuat lagi dan terjatuh. Aku memegangi pipiku yang barusan di tampar lalu menangis. “Hiks... Hiks...”
            Setelah kak Jane mendorong Mia, dia lalu masuk ke toilet dan menguncinya. Kini yang ada di toilet cuma aku dan anggota ‘The famous’.
            Melihat kejadian ini, Mia langsung pergi mencari bantuan. Sepulang sekolah sebenarnya masih banyak anak-anak yang tinggal untuk eskul.
            Ketika Jane masuk ke dalam, aku melihat tangan kirinya memegang sesuatu. Itu sapu tangan. Dengan cepat, dua anggota ‘The famous’ lainnya memegang tanganku, yang satunya lagi menarik rambutku dan memaksa tubuhku untuk berdiri. Kak Jane mendekatkan perlahan-lahan sapu tangan itu untuk menutup hidung dan mulutku, aku berusaha memberontak. Tapi kekuatanku tidaklah cukup. Ketika sapu tangan itu menutup hidung dan mulutku, aku tidak tahu apa yang terjadi. Aku merasakan pusing yang sangat berat. Aku kehilangan keseimbanganku dan lalu perlahan-lahan kesadaranku menghilang.
            Mereka melepaskan tangannya, tubuhku terjatuh ke lantai. Satu persatu mereka tanggalkan seragamku, mereka membawa seragamku keluar. Lalu mengunciku di dalam toilet.
            “Jane, kau mau apakan seragam itu?” tanya salah satu anggota ‘The famous’ yang lain bernama Cindy.
            “Kamu lihat saja, aku akan buat kejadian ini lebih heboh lagi.” Jane melangkah pergi ke gudang olehraga yang berada di dekat lapangan basket. Lalu menggantungkan pakaianku di pegangan pintu gudang. Yang lainnya berjaga di depan pintu toilet.
            Beberapa saat kemudian aku tersadar, dan mendapati diriku sudah dalam keadaan yang sangat memalukan, tanpa seragam.
            Aku tidak bisa menahan ini semua, air mataku bercucuran tanpa bisa kubendung.
            “Hei!” Jane berteriak dari luar. “Siapa itu di dalam? Kok nangis?” Dia mengatakannya seakan bukan dia pelakunya.
            “Pergi... Pergi sana!” bentakku, aku sudah muak dengan kelakuan mereka. Ini sudah melampaui batas. Aku menangis meraung-raung.
            “Hei, kamu kenapa?” tanya Jane dengan mengetuk pintu dengan sangat keras.
            Dia benar-benar iblis, dia yang melakukan semua ini tapi dia bertindak seolah-olah tidak tahu.
            “Sudah, kamu pergi saja!” kataku sambil berteriak karena tak tahan lagi dengan kelakuan mereka, ini benar-benar sudah melampaui batas.
            “Biarain aja,” timpal kak Riri.
            ‘BRAK!!! Suara pintu didobrak. Jangan-jangan, kak  Jane mau mendobrak pintu toilet ini. Anggota ‘the famous’ lainnya langsung mendekati toilet. Memang benar, kak Jane berhasil mendobrak pintu toilet ini. Bagamana ini?
            “Ya ampun, ternyata kamu! Ai-chan anak kelas X-2! Ngapain kamu di sini nangis-nangis?! Jangan-jangan, kamu...” Jane keluar dari toilet dan berteriak, “HEY!!! ADA CEWEK DENGAN PEMANDANGAN ANEH! CEWEK TARZAN!” Teriakannya cukup keras sehingga beberapa siswa yang tersisa di sekolah langsung mengerumuni toilet.
            Tidak! Kalian semua jangan kemari. Aku bisa mati malu kalau dilihat oleh orang banyak dalam kondisi seperti ini.
            “Hah? Yang bener? Mana?”
            “Aneh gimana?”
            “Maksud Loe?”
            “Itu tuh, di dalam. Dia pasti habis diapa-apain cowok!” kata kak Jane.
            “Kalo nggak percaya, ya masuk aja!” kak Cindy nimbrung.
            “Masuk? Ini kan, toilet cewek. Lagian lihat cewek tanpa busana itu nggak boleh!”
“Jangan sok alim, deh! Kalau mau lihat cewek ala kadarnya masuk saja! Rasanya, seragamnya juga dicabik-cabik pelakunya!” cerocos kak Jane.
            Tiba-tiba kak Masaya datang diikuti dengan Mia dibelakangnya, dia diliputi aura amarah. Dia memegang sesuatu ditangannya. Seragam. Dia mengambilkan seragamku di depan gudang.
            “Semuanya minggir!” kata kak Masaya setengah berteriak karena tidak mampu menahan emosinya. Sorot matanya... tidak seperti biasanya... sorot matanya kali ini tidak diragukan lagi, benar-benar menyeramkan. Siswa yang mengerumuni pintu toilet pun ngacir ketakutan.
            “Oh, jadi ini cowok yang ngerjain Ai?” tanya kak Jane dengan enteng.
            Mia nggak tahan lagi mendengar perkataan kak Jane yang tidak merasa bersalah sama sekali, “Apa maksudmu?” Mia maju dan ingin sekali menampar perempuan dihadapannya itu.
            Tapi kak Masaya menahan Mia untuk tidak memukul kak Jane. Kak Masaya langsung menatap kak Jane dengan tajam tetapi tidak berkata apa-apa.
            “Ai...,” panggil kak Masaya sambil mengetuk pintu yang setengah tertutup dengan pelan. Mendengar suaranya, hatiku langsung merasa damai. Nggak tahu kenapa, walaupun air mataku belum bisa merhenti mengalir. “Ini aku... aku nemuin seragammu. Cepat dipakai!”
            Kak Jane dan anggota gengnya lalu pergi meninggalkan kami.
            Mia mengetuk pintu toilet lalu masuk menemuiku didalam, “Kamu nggak apa-apa kan?” tanyanya. Aku hanya bisa menangis. Mia berusaha menenangkanku, lalu membawaku keluar. Kak Masaya juga berusaha menenangkanku di luar.
####
            Setelah aku cukup tenang, Mia mengantarkanku pulang. Sedang kak Masaya hilang entah kemana.
            Di parkiran sekolah.
            “Jane!!” kak Masaya menarik tangan Jane.
            “Ada apa sih?” katanya sambil memasang wajah tak berdosa. Anggota geng ‘the famous’ lainnya meninggalkan mereka berdua.
            “Apa yang kamu lakukan terhadap Ai?”
            “Hmm... apa yah?! Aku nggak ngelakuin apa-apa tuh!”
            Kak Masaya menarik tangan kak Jane dengan keras.
            “Aouw..”
            “Kau pasti bohong kan?! Katakan dengan jujur kenapa kau berbuat sampai segitunya?”
Kak Jane melepaskan tangannya dari cengkraman kak Masaya, “Dengar ya! Apapun yang kuinginkan pasti akan ku dapatkan. Kalau kau masih tetap tidak mau menjadi pacarku, aku akan terus-terusan mengganggu anak itu!” kak Jane mengancam kak Masaya.
            Kak Masaya terdiam sesaat, “Baiklah, kalau itu maumu. Tapi kalau sampai aku mendengar kamu mengganggu Ai sekali lagi, kamu akan terima akibatya.” Kata kak Masaya sambil menunjuk jidat kak Jane.
            Kak Jane menepis tangan kak Masaya yang menunjuk jidatnya. “OK! DEAL! Tapi masih ada satu syarat lagi...”
            “Apa?!”
            “Kamu harus menjauh dari anak itu.”
####
            1 Pesan dari kak Masaya.
            Maaf yah! Aku janji hal seperti ini nggak akan terjadi lagi.
            Eh, kok kak Masaya minta maaf? Maunya aku yang teriman kasih. Aku telpon dia saja.
            ‘Nomor yang anda hubungi sedang sibuk’
            “Kok nggak bisa dihubungi?” gumanku.
####


SECRET OF HIS HEART
            1 Minggu kemudian.
“Ai-chan, ke kantin yuk!”
            “Malas ah,”
            “Kenapa sih, aku lihat akhir-akhir ini kamu murung terus?”
            “Nggak apa-apa kok.”
            “Kalau nggak apa-apa, ayo ke kantin. Lupakanlah masalah yang telah lalu.” Mia memaksaku menemaninya ke kantin.
            “Baiklah,” kataku. Sebenarnya bukan masalah yang waktu itu yang buat aku murung. Tapi... karena akhir-akhir ini aku merasa kak Masaya ngejahuin aku semenjak peristiwa itu.
            Kami berjalan menuju ke kantin.
            “Ai-chan yang sekarang, tidak sama dengan Ai-chan yang ku kenal.”  
            “Maksudmu?” tanyaku heran dengan perkataan temanku ini.
            “Ai-chan yang dulu itu selalu bersemangat dan tidak pernah murung seperti saat ini.”
            Mia, kau memang sahabatku, dia bisa mengerti perubahan pada diriku.
            “Bi, pesan bakso 2 porsi!” Mia berteriak ke Bibi penjaga kantin.
            Aku hanyabisa menunggu pesanan sambil memainkan penusuk gigi yang ada di depanku. Mataku mengembara kemana-mana, melihat seluruh isi kantin. Tiba-tiba pandanganku tertuju pada sosok seseorang yang aku kenal, itu kak Jane. Mood-ku langsung jelek, begitu melihatnya. Tapi tunggu dulu, kenapa dia nggak bareng teman se-gengnya? Melainkan bersama seorang cowok yang sepertinya ku kenal. Siapa yah?! Genit banget sih kak Jane itu, merangkul tangan cowok itu di depan umum. Huek! Aku muntah lihatnya.
            Kak Jane dan cowok itu berbalik, kini aku bisa melihat wajah mereka dengan jelas. Tapi... Ya ampun! Apa yang kulihat ini sungguh terjadi?! Ba... Bagaimana bisa kak Masaya bersama orang jahat itu? Pakai pegangan tangan segala lagi. Detik ini juga aku merasakan bagaikan di neraka. Hatiku sakit banget. Bagaimana bisa orang yang kusukai bersama seseorang yang paling aku benci di dunia ini.
            Kak Jane menarik kak Masaya untuk pergi ke tempatku.
            “Hai Ai,” katanya sok manis.
            Sepertinya dia mau membuat aku sakit hati. Dasar nenek sihir!
            “Ke... kenapa... ?” Mia tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Dia hanya mampu menunjuk secara bergantian kak Jane dan kak Masaya.
            “Oh, Iya! Aku mau kenalkan, pacar aku.” Kata kak Jane, sambil menarik kak Masaya lebih dekat lagi ke arahnya.
            Oh, tidak!!! Ini semua bohongkan? Bagaimana bisa? Rasanya air mataku akan jatuh meleleh di pipiku.
“Oh, gitu? Selamat yah.” Mia tahu benar dengan apa yang aku rasakan, dia segera menarikku meninggalkan kantin dan mereka berdua.“Bi, pesanannya batal. Kami lagi nggak selera gara-gara ....” Mia berbalik ke arah kak Jane lalu tak mengatakan apa-apa. Kami berdua segera pergi meninggalkan kantin.
            Kami berhasil keluar dari kantin.
            “A... Ai... kamu nggak apa-apa kan?”
“Hiks... Hiks...”
            “Ai-chan sudah diamlah, jangan nangis lagi yah! Ai jelek deh kalau lagi nangis.” Mia menghapus air mataku. Dia memelukku berusaha menenangkan-ku, aku merasa bersyukur sekali bisa mempunyai sahabat sepertinya.
####
           
Masaya...
            “Ai-chan, gimana keadaannya yah?! Aku tahu hal ini pasti membuatnya sakit, tapi... aku harus melakukan ini untuk melindungimu. Hal ini kulakukan agar Jane dan kawan-kawannya nggak ganggu kamu lagi. Ai, maafkan aku. Aku nggak bermasud menyakitimu. Aku juga merasa sakit melakukan semua ini. “
            Apa aku akhiri saja semua ini?!
####
Ai...
            “Mia, kamu nggak mau pulang?”
            “Maaf banget ya, bukannya aku nggak mau nemenin kamu pulang. Tapi aku masih ada ujian susulan sepulang sekolah.”
            “Iya, aku ngerti.”
            Aku berjalan keluar menuju gerbang sekolah. Tapi sepertinya hari sedang hujan. Mana deras banget.  Kalau nunggu hujan reda, nanti terlalu lama nunggunya, basah-basah dikit nggak apa-apalah! Aku menarik nafas panjang, dan akan segera melangkahkan kakiku menembus hujan yang deras ini.
            Tiba-tiba sebuah payung menaungiku. Aku berbalik.
            “Masaya-nii chan...”
            “Ambil payung ini, dan pegang!” Dia memberikan payung itu kepadaku, lalu melangkah maju menembus derasnya hujan.
            “Kenapa dia memberiku payung ini? Sementara dia harus basah karena hujan...” gumanku.
            Aku bertambah bingung saja.Sebenarnya apa yang ada di dalam pikirannya? Dia pacaran sama kak Jane, tetapi memberiku payung ini sementara dia harus basah. Sebenarnya gimana sih perasaannya. Aku pengen banget tahu apa yang ada di dalam hatinya.
####



3 komentar:

  1. eeiiisshh... =3=)/
    iritasii banget ngeliat jane =_="
    Masaya jg =,= walaupun demi kebaikan Ai-chan seharusnya dia bisa lebih memikirkannya baik2 =3=)/ *hhmmpptt... kzl 😤😤😤


    *di up terus ekky-oneesama :3 :3 :3

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus