Menu

My other blog

Jumat, 20 Februari 2015

Boku Wa Kimi O Suki Da Part 2 (by : Risky Nurhikmayani)

Hola minna, mimin lanjtin cerita yg sebelumnya
bagi yg belum baca di post sebelumnya mimin upload cerita "Boku Wa Kimi O Suki Da Part 1", cerita ini dulunya mimin tulis sebagai tugas bhs indonesia pas SMA..
Ini sampulnya yg mimin buat
Langsung ke lanjutan ceritanya yah... 

KISARAGI RENJI???
            Aduh, gara-gara kak Ryan, rasanya hidupku jadi merepotkan banget. Aku terpaksa harus tinggal lebih lama di sekolah biar nggak ketemu sama dia di gerbang. Repot....!
            Semua siswa sudah pulang, jam menunjukkan pukul 17:30 WIB. Aku harus segera pulang. Sebelum pulang ke rumah, aku pergi ke tempat fotocopy di dekat sekolah. Jalan kaki tentunya. Soalnya dekat, sih! Sore begini, daerah sekolahku lumayan rawan. Banyak koban pemerasan di dekat sini. Tapi, aku nggak lama-lama juga. Cuma mau fotocopy sebentar, pasti nggak akan terjadi apa-apa.
            Saat perjalanan ke tempat fotocopy, aku merasa nggak enak. Rasanya ada yang ngikutin aku. Tapi saat aku menoleh ke belakang..... nggak ada siapa-siapa. Masa cuma perasaan, sih? Hiiiy... aku tambah takut.
            Kuyakinkan diri bahwa itu cuma perasaanku. Sebenarnya nggak ada yang mengikutiku. Tapi... ini bukan hanya perasaan. Rasanya... aku menoleh sekali lagi. Gawat ternyata memang ada yang mengikutiku. Segerombolan warga di dekat sekolahku. Mereka mulai mendekatiku, moga aja ada yang menolongku.
            “Hai manis, kok, sendirian? Kan, udah sore.”
            Dengan gemetar aku melangkah mundur, menghindari mereka.
            “Kok, malah ngejauh? Ke sini, dong!”
            Aku langsung berputar dan berlari sekencang-kencangnya.
            “Hei, jangan lari!” Gerombolan itu tetap mengejarku. Tentu saja aku nggak bakalan berhenti dan terus berlari, tapi tiba-tiba tanganku dicekal sala satu dari mereka.
            “AAA ... !” Aku berteriak sekencang-kencangnya.
            “Ssst ... diam, dong!” dia ingin menutup mulutku.
            Aku langsung menggigitnya. “Tolong!” Aku berteriak minta tolong.
            Tiba-tiba terdengar suara cowok.
            “Hottake ba!” (bahas jepang yang artinya : Jangan ganggu dia)
            Dia memukul orang yang mencegat tanganku, tanganku terlepas, aku segera berlari menjauh dari mereka. Kulihat cowok itu memukul beberapa diantara mereka, lalu berlari ke arahku dan menarik tanganku. Kami berdua lari menjauh dari segerombolan orang yang menakutkan itu mencari tempat yang aman.
            Setelah merasa cukup jauh dari mereka kami berhenti. Kurasakan napasku sudah hampir habis.
            “Are you OK?” tanya cowok itu.
            Kuangkat wajahku tuk melihat sang penyelamatku. Astaga! Apa aku mimpi? Kucubit diriku sendiri seakan tak percaya dengan apa yang kulihat. Kisaragi Renji?! Mirip banget, bangaimana bisa?!
            “Hello?!” dia membuyarkan lamunanku.
            “Oh, umm ... I’m OK! Arigatoo gozaimasu!” (Arigatoo gozaimasu : Terima kasih )
            “Hotto shita. Eh?! Can you speak Japan?” tanyanya heran.( Hotto shita : Sungguh melegakan)
            “Hai!” (bahasa Jepang artinya : Iya)
            “Watashi wa Masaya, Akagi Masaya desu. Anata no namae wa dare desuka?” (Nama saya Masaya, Akagi Masaya. Nama kamu siapa?) katanya sambil mengulurkan tangan tentu saja langsung kusambut.
            “Watashi wa Ai, Ogata Ai desu!” (Namaku Ai, Ogata Ai)
            “Sayonara, Ai” ucapnya sambil melambaikan tangan dan pergi. Aduh! Kenapa dia pergi sih! Cuma tau namanya aja. Ah payah!
####
            I’m so heppy ^_^
            1 pesan dari Mia
            Kmrn2 sedih, skrng heppy? Nggak ngerti aQ
    Segera ku balas.
            Bsk aq ceritain deh! Biar aja kmu penasaran dulu. Hehehe
    1 Pesan dari Mia.
    Klw lg sdh, lngsng diceritain, klw senang tnggu besoknyaa!!
    Hehehe... biarin aja ini pembalasan karena kamu mengetakan aku takkan mungkin ketemu orang yang seperti Kisaragi Renji. Buktinya hari ini aku bertemu orang yang seperti itu, Akagi Masaya. Kira-kira dia lagi ngapain yah?!
####
            Keesokan harinya, sepulang sekolah.
            Marisa tetap saja menjauhiku semenjak peristiwa itu, sepertinya dia belum bisa memaafkan ku meskipun aku sudah pernah minta maaf dan menceritakan kejadian yang sebenarnya. Dia tetap tidak percaya.
            Mia menghampiriku.
            “Sepertinya Marisa masih marah tuh?!” Mia membuyarkan lamunanku.
            “Iya...” jawabku dengan lesu.
            “Eh, katanya ada yang mau kamu ceritakan ke aku hari ini?!”
            “Oh, Iya... iya..” jawabku bersemangat.
            “Wah, wah, tadi lesu, sekarang langsung semangat ceritain kejadian kemarin. Sepertinya kejadian besar nih.”tanyanya sambil  menggodaku.
            “Kamu takkan percaya... aku bertemu dengannya.”
            “Dengan siapa?” tanyanya penasaran.
            “....KISARAGI RENJI...!!!” jawabku dengan setengah berteriak.
            “Impossible!” katanya dengan acuh.
            Wah, nih anak sudah diberitahu yang sebenarnya, bukannya penasaran, langsung berkata ‘impossible’. Huh, lihat saja nanti, akan kubawa orangnya langsung kehadapanmu.   Tapi gimana caranya aku bisa membawa orang itu kemari?! Aku cuma tahu namanya... Apakah nanti kami akan bertemu lagi? Semoga saja. Akagi Masaya dimana kamu?
            “Kamu ini, sudah diberitahu... Maunya bertanya dong ‘ketemu dimana’? kayak gitu kek!” Aku memasang tampang cemberut.
            “Hahaha... gitu aja kok udah cemberut?! Lagian cerita kamu itu sama sekali nggak logis. Mungkin itu cuma mimpi.”
“Nggak! Nggak! Itu bukan mimpi. Dia menolongku kemarin waktu ada orang jahat yang mendekatiku. Namanya Akagi Masaya!!!” kataku dengan tegas dan pasti.
            “OK,lah anggap aja aku percaya.”
            Aku hampir putus asa untuk membuat temanku ini percaya, dan rasanya aku sudah hampir dibuat mati kesal olehnya.
            “Baiklah akan kubuktikan padamu. Suatu saat nanti, akan kubawa dia langsung kehadapanmu.”
            Yah! Aku akan membuktikan ucapanku kepadamu.
            ‘TIIT...TIIT...’ Hp Mia berbunyi.
            “Yah sudah, aku akan menantikan hari dimana kamu akan membuktikan perkataanmu. Tapi sekarang aku harus pergi dulu, Kevin sudah menungguku di gerbang. Nggak apa-apa kan kamu kutinggal sendiri?.... Oh dan juga jangan pulang terlalu kemalaman, nanti terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.” Dia meninggalkanku dan melangkah pergi.
            Iya juga yah, sebaiknya aku nggak boleh kemalaman seperti kemarin. Nanti Hiiy... Oh iya, kan ada pintu belakang sekolah. Aduh, kenapa nggak pernah kepikiran sih olehku? Bego! Sebaiknya lewat sana saja. Tapi ada bagusnya juga aku selalu menunggu hingga semua siswa pulang, jadinya aku bisa bertemu dengannya.

SISWA BARU
            2 Minggu kemudian diKelas XII-1
            “Hari ini kita kedatangan murid pindahan dari Tokyo, Jepang. Silahkan masuk!”
            Seorang cowok dengan tinggi 182 cm, berambut pirang, bermata coklat, hidung mancung, dan berkulit putih memasuki ruangan.
            “Selamat pagi, nama saya Masaya, Akagi Masaya. Mohon bantuannya!” ucapnya dengan logat dan cara penyebutan yang agak aneh.
            “Wah, gantengnya, manis pula...”
            “Jane!!” ucap kak Salsa “Kau jangan memalukan begitu! Jaga mulutmu!”
            “Ikut campur banget sih!” balas Jane dengan wajah judes.
            “Baiklah anak-anak,bapak harap kalian bisa cepat akrab dengannya.”
            “Tentu saja Pak, dengan senang hati.” Ucap Jane.
            “Huuu...” anak-anak yang lain meneriaki Jane yang sok cari perhatian.
            “Sudah...sudah... Masaya, silahkan duduk di sebelah sana.”
####
            Kelas X-2
‘KRIING... KRIING’
            “Anak-anak sekarang sudah waktunya istirahat kalian boleh keluar sekarang.”
            “Baik, Bu”
            Perutku sudah keroncongan sejak tadi. Sebaiknya aku segera ke Kantin aja. Tapi Mia kemana yah? Aku pergi ndiri aja kalo gitu.
            Di Kantin
            “Uh, Kenyang banget. Yah, tapi masih sisa banyak nih! Perutku udah full” seperti biasanya, hanya berkata pada diriku sendiri.
            Tiba-tiba Mia datang dengan nafas ngosh-ngoshan.
            “Ada apa sih?” tanyaku heran.
            “Hosh... hosh... A.. A..”
            “Apa sih? Oh air? Nih minum dulu.” Kuberikan segelas air padanya.
            Setelah dia meminumnya. “Ai, aku percaya pada perkataanmu dulu.”
            Aku tambah heran kepadanya. “Perkataan yang mana sih?!”
            “Tentang Kisaragi Renji, dia beneran ada. Dan sekarang lagi ada di sekolah kita.”
            “APA?!” sontak aku berteriak dan bangkit dari tempat dudukku, semua orang di kantin memandangiku.
            Mia menarik tubuhku untuk segera duduk.
            “Jangan berteriak gitu! Malu tahu.” Ujar Mia setengah berbisik.
            “Mia... kamu beneran-kan? Nggak bohong?!” tanyaku dengan setengah menangis karena haru, karena saking bahagianya. Akhirnya kami bisa bertemu lagi.
            “Iya... pasti”
            Aku tak tahu harus berkata apa lagi, segera kurangkul Mia dan menangis haru, Mia menenangkanku. Semua orang memandangi kami dengan heran.
            Tiba-tiba terdengar suara seorang cowok.
            “Ai?!”
            Sepertinya aku mengenal suara itu segera aku melepaskan rangkulanku dari Mia, mencari sumber suara yang memenggilku.
            “Ma... Ma... Masaya?!” kataku tak percaya. Aku hampir mati kegirangan dibuatnya.
            “Ogenki desuka?” (Apakah anda baik/ Apa kabar?)
             Aku nggak bisa mengucapkan apa-apa lagi. Aku senang sekali bisa bertemu dengannya lagi. Mia juga begong disampingku. Dia mendekati kami.
            “Oi! Ai... Ai-chan.” Dia membuyarkan lamunanku.
            “Hai!”(Iya) jawabku.
            “Kore wa nan desuka?” (Apa ini?)
            “Kore wa sate ayam desu.” (Ini sate ayam) jawabku, Mia hanya diam melihat kami berdua. Beberapa orang di kantin juga memperhatikan kami. Masaya lalu duduk disampingku.
            “Sate ayam wa oishii desuka?” (Apakah sate ayam enak?)
            “Eh, eh, Hai, oishii desu” (Ya, tentu saja enak) Jawabku dengan gugup karena merasa pandangan semua orang kepada kami, aku juga merasa adanya beberapa pandangan yang tidak enak. “Eh, Bi! Pesan 1 porsi sate ayam lagi”
            Segera bibi membawa 1 porsi sate ayam.
            Aku segera menyodorkan 1 porsi sate ayam itu kehadapanya. “Doozo meshiagatte kudasai” (silahkan cicipi)
            Dia mencicipinya. “Oishii.” (Enak)
            “Eh, Masaya juga ada disini? Kebetulan sekali yah?” kata seorang cewek yang menghampiri kami, sepertinya senior. Sok, manis banget sih dia.
            “Jane?!”
            “Waah.. Masaya ingat namaku...” jawab dia tersipu malu-malu. Ekspresinya dipaksakan banget.
            Mia menarikku lalu berbisik, “Aku muak liat mukanya. Liat aja ekspresinya dipaksakan banget tuh. Hwek”
            “Eh, ngomong apa kalian!” bentaknya dengan wajah yang judes. “Oh, Eh, Masaya makan apa?” Tampangnya berubah lagi menjadi sok manis yang dipaksakan 200%.
            “Sate ayam, Ai menawarkannya tadi padaku.”
            Apa? Di... Di... Dia bisa bicara dalam bahasa Indonesia? Lalu kenapa tadi denganku menggunakan bahasa Jepang?
            “Sate Ayam nggak seberapa enaknya... Kita pergi ke sana aja yuk!” dia menarik tangan Masaya lalu pergi. “Disana ada makanan yang lebih lezat dari itu.”
            Yah..yah... Masaya dibawa pergi ma si  sok manis itu. Aduh! Kenapa dia tidak nolak aja ajakan orang itu.
            “Hahaha... Ai-chan beginilah nasibmu, kalau responmu terlalu lambat. Maunya kamu seperti orang itu- tu... Siapa lagi namanya?” Mia mengejekku.
            “Jane!” jawabku dengan ketus.
            “Iya, kak Jane. Lihat dia, betapa agresifnya! Kamu juga kalau nggak mau kecolongan harus lebih agresif dari dia.”
            “Hahaha...” Ketawa yang dipaksakan 500 % . “Apa kamu tidak merasa tindakan seperti itu memuakkan dan menjijikkan.” Timpalku.
            ‘KRIIING... KRIIING’
             “Eh, sudah waktunya masuk. Udah dong! Nggak baik loh pasang tampang judes terus. Ayo kita ke kelas.”
            “Aaa... Aku nggak punya gairah tuk belajar.”
            “Apa-apain sih, masa cuma gara-gara kayak gini nggak mau masuk belajar? Ayo! Jangan merengek terus seperti anak kecil!” Mia menarikku memaksaku untuk ke kelas.
####
            Sepulang sekolah
‘KRIIING... KRIIING...’
            “Eh, Mia, kamu mau ninggalin aku lagi?.”
            “Maaf banget ya, Ai. Tapi aku udah ada janji ma Kevin. Dia pasti udah nunggu aku di gerbang.”
            “Tapi Mia, kalau kamu pergi, bagaimana nasibku? Aku nggak mau lewat di gerbang sendirian. Nanti aku ketemu sama kak Ryan.”
            “Maaf yah,Ai. Tapi aku bena-benar nggak bisa.”
            “Baiklah aku mengerti, selamat bersenang-senang”
            Terpaksa aku harus lewat pintu belakang lagi, biar aman dari kak Ryan. Perlahan-lahan aku melangkah menuju ke pintu belakang sambil memperhatikan sekelilingku, siapa tahu ada yang ngikutin. Setelah kupastikan nggak ada, dengan pasti aku melangkah keluar dari pintu belakang.
            Oh My God... Sial banget sih aku hari ini... Aku tak sangka kalau kak Ryan sudah ada di pintu belakang.
            “Hai, lama tak jumpa.”
            “Eh, he... kak Ryan, kok bisa ada di sini?”
            “Yah, aku mendapat informasi kalau ada orang yang lewat pintu belakang untuk menghindariku.”
            Busyet... mati aku, kenapa bisa ketemu di sini. Apa yang harus kukatakan yah?
            “Eh, nggak kok kak Ryan, aku nggak ngehindar...a..aku cuma senang aja lewat belakang.”
            “Oh, Ya?!” katanya sambil mengelilingiku, bak seorang polisi yang sedang menginterogasi penjahat. Aku seperti sedang menunggu eksekusi hukuman mati yang akan ditimpakan padaku. Huh, gara-gara Mia nih, ninggalin aku sendirian. “Kamu ini benar-benar aneh ya?! Kau tahu, selama ini tak ada cewek yang berani menghindar dariku.”
            Oh, tidak dia memegang tanganku. Aku berusaha membebaskan tanganku dari cengramannya. Tapi tenagaku tidak cukup kuat untuk melawannya. Bagaimana ini? Mana tidak ada siapapun di sini. Apa yang harus kulakukan.
            “Jadilah milikku. Akan kujadikan kau master cinta sejati. Aku tahu selama ini kamu belum pernah mengalami yang namanya pacaran.”
            Apa katanya?! Aku tak bisa menerima ucapannya itu. Ucapannya barusan bagaikan sebuah hinaan bagiku. Sontak aku langsung menamparnya.
            “Aouw!” katanya sambil memegang pipinya yang telah kutampar.
            “Dengar ya... Aku pasti nggak mungkin suka padamu. Jangan lagi kau menghinaku seperti itu!!.”
            “Kau pasti... akan suka padaku.”
            “Dasar bodoh! Aku pergi sa...” belum habis perkataanku dia tiba-tiba menarik tanganku, lalu mendorongku ke tembok. Seketika itu juga aku menjerit. “KYAAA!”
            “Aku ini... makin ditolak makin penasaran.”
            Oh, tidak. Seseorang tolong aku!
            “Hei, hentikan!” terdengar suara seseorang. Dia menarik bahu kak Ryan, lalu mendorongnya menjauh dariku.
            Kak Ryan terjatuh lalu bangkit. “Oh, rupanya kau murid baru itu?! Jangan ikut campur dengan urusanku. Ai itu milikku.”
            Masaya berdiri di depanku, melindungiku.
            “Aku nggak tahu apa yang terjadi. Tapi kau membuatnya takut.”
            “Hahaha... kau mau jadi pahlawan?! Sebaiknya kamu pergi les bahasa saja sana. Bicaramu saja belum benar!.”
            Bagaimana ini, jangan sampai mereka berkelahi. Tapi aku juga nggak tau apa yang harus kulakukan, aku benar-benar takut dengan kak Ryan. Saking takutnya aku memegang dengan erat baju Masaya dan bersembunyi di belakangnya.
            ‘TIIT-TIIT’ Handphone kak Ryan berbunyi.
            “Baiklah aku akan tinggalkan kalian. Tapi urusan kita belum selesai Ai.” Kata Kak Ryan lalu pergi meninggalkan aku dan Masaya.
            Sungguh melegakan sekali dia sudah pergi. Rasanya kaki lemas semua karena peristiwa tadi. Aku langsung duduk dan melepaskan peganganku di baju Masaya. Masaya lalu berbalik, dan duduk tepat di depanku.
            “Kamu tidak apa-apa?”
            “Ya, aku baik-baik saja.” Tunggu dulu, Eh, sekarang dia pakai bahasa Indonesia. Walaupun nada bicaranya cukup aneh kalau pakai bahasa Indonesia. “Ehm, jadi kamu bisa bahasa Indonesia yah?!”
            “Tentu saja! Aku berjuang selama tiga minggu untuk mempelajarinya. Tapi aku merasa lebih nyaman menggunakan bahas Jepang.”
            “Terima kasih yah! Kamu menolongku lagi.”
            “Ah, Tidak! Aku cuma kebetulan lewat.”
            “Ehm, boleh aku mengatakan sesuatu...”
            “Ya, dengan senang hati aku akan menjawabnya.” Jawabnya.
            Kukeluarkan komik ‘Pink Innocent’ dari tasku. “Aku rasa wajahmu mirip tokoh ‘Kisaragi Renji’ di komik ini.”
            Dia mengambil komik itu lalu memperhatikan dan membukanya. Kemudian dia langsung tertawa. “Hahaha... ternyata Momoyuki serius dengan perkataannya waktu itu.”
            Aku tambah bingung dengan ucapannya.
            Dia lalu melanjutkan.
            “Kotori Momoyuki, penulis komik itu adalah sepupuku.”
            “Apa?!” Aku kaget 1000 %.
            “Yah, tiga tahun yang lalu dia datang kepadaku. Dan mengatakan akan menjadikanku salah satu karakter komiknya. Aku tak percaya kalau dia seserius itu.”
            Oh... pantas aja dia mirip Kisaragi Renji. Eh, bukan! Bukan dia yang mirip Kisaragi Renji, tapi Kisaragi Renji-lah yang mirip Akagi Masaya.
            “Hmm... kenapa Ryan bisa mengganggumu?” tanyanya.
            “Aku juga nggak tahu, tapi ini cuma sebuah kesalah pahaman.”
            “Oh, boleh tahu alamat e-mailmu?” (kalau di Jepang yang dimaksud alamat e-mail biasanya no. handphone)
            Wah, dia minta no. Hp ku. Aku segera menuliskan no. handphone-ku dan kuberikan kepadanya.
            Dia juga menuliskan no. handphone-nya dan memberikannya padaku. “Kalau Ryan mengganggumu lagi. Hubungi saja aku. OK? Aku pasti akan membantumu.”
            “Eh... I... Iya...” Aku nggak tahu harus bilang apa. Dia sangat baik hati.
            “Sudah dulu, ya?! Sayonara Ai.” Katanya sambil berdiri.
            Aduh, dia sudah mau pergi nih. “Ehm, Masaya-nii chan, Arigatoo gozaimasu!” (Kak Masaya, Terima kasih)
            Dia hanya tersenyum lalu pergi.
####
            Mia jahat, gara2 kmu tinggalin aQ, aQ ktmu ma k Ryan.
    1 pesan dari Mia.
    Bgmna bisa???
    Segera kubalas.
            Yah bisalah, dia sdh tahu klw slma ini aQ lwt pntu blkng.
    1 Pesan dari Mia.
            Jd gimana keadaanmu? Kmu g pa2 kan?
    Segera kubalas.
            Oh, jdi kmu msh pduli trhadp keadaanku, kupikir kmu cuma pdli ma Kevin
    1 Pesan dari Mia.
            Maaf, kamu marah ya?
    Segera kubalas.
            Hai, atama kita.
            1 Pesan dari Mia.
            AQ g ngerti.
    Segera kubalas.
            Artinya ‘Ya, aku marah’
    1 Pesan dari Mia.
            Maaf, aQ benar2 minta maaf. Jangan marah ya, Ai
    Hahaha... ni anak cepat banget percaya kalau aku lagi marah. Padahal sekarang aku lagi bahagia banget. Untung dia nggak ada jadi tadi aku bisa ngobrol-ngobrol ma kak Masaya. Hehehe...
            1 pesan dari 085988456xxx. Nomor siapa yah? Kayaknya aku pernah lihat ni nomor. Apa mungkin... segera ku ambil kertas yang berisikan no. kak Masaya. Oh My God. Ini beneran dia. Aku langsung membuka SMS-nya.
            Konbanwa, Ai.(Selamat Malam, Ai)
            Aku serasa melayang. Rasanya bahagia banget. Kalau pernah nonton iklan-nya kopi ‘Good Day’, ungkapannya seperti itu. ‘Rasanya seperti menembus lapisan atmosfir belapis-lapis, bareng paus terbang akrobatis, menuju rasi bintang yang paling romantis’.
            Segera kubalas SMS-nya.
            Konbanwa.
            Oh, Iya, aku juga harus segera nge-SMS Mia nih.
            Aku Cuma brcnda kok, aQ g mrh.Malahan aQ senang. Krn kmu nggak dtng, k Ryan gangguin aQ, tpi dtng k Masaya nolongin aQ.
####

Tunggu part 3 nya yah, Bagaimana kisah antara Ai dan Masaya??? 

5 komentar:

  1. lagi dan lagi..tambah penasaran :D

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. woo~~woo~~woo~~
    ada rival~~~ ada RIVAL cinta >3<)/ *di capslock
    sudah kuduga cinta terasa hidup ketika rival muncul =3=)/
    *apakah akan menjadi cinta segitiga(?)
    *ditunggu kelanjutannya, ekky-oneesama~~~ ^^

    BalasHapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus