bagi yg belum baca di post sebelumnya mimin upload cerita "Boku Wa Kimi O Suki Da Part 1", cerita ini dulunya mimin tulis sebagai tugas bhs indonesia pas SMA..
Ini sampulnya yg mimin buat
Langsung ke lanjutan ceritanya yah...
KISARAGI RENJI???
Aduh,
gara-gara kak Ryan, rasanya hidupku jadi merepotkan banget. Aku terpaksa harus
tinggal lebih lama di sekolah biar nggak ketemu sama dia di gerbang. Repot....!
Semua
siswa sudah pulang, jam menunjukkan pukul 17:30 WIB. Aku harus segera pulang. Sebelum
pulang ke rumah, aku pergi ke tempat fotocopy di dekat sekolah. Jalan kaki
tentunya. Soalnya dekat, sih! Sore begini, daerah sekolahku lumayan rawan.
Banyak koban pemerasan di dekat sini. Tapi, aku nggak lama-lama juga. Cuma mau
fotocopy sebentar, pasti nggak akan terjadi apa-apa.
Saat
perjalanan ke tempat fotocopy, aku merasa nggak enak. Rasanya ada yang ngikutin
aku. Tapi saat aku menoleh ke belakang..... nggak ada siapa-siapa. Masa cuma
perasaan, sih? Hiiiy... aku tambah takut.
Kuyakinkan
diri bahwa itu cuma perasaanku. Sebenarnya nggak ada yang mengikutiku. Tapi...
ini bukan hanya perasaan. Rasanya... aku menoleh sekali lagi. Gawat ternyata
memang ada yang mengikutiku. Segerombolan warga di dekat sekolahku. Mereka
mulai mendekatiku, moga aja ada yang menolongku.
“Hai
manis, kok, sendirian? Kan, udah sore.”
Dengan
gemetar aku melangkah mundur, menghindari mereka.
“Kok,
malah ngejauh? Ke sini, dong!”
Aku
langsung berputar dan berlari sekencang-kencangnya.
“Hei,
jangan lari!” Gerombolan itu tetap mengejarku. Tentu saja aku nggak bakalan
berhenti dan terus berlari, tapi tiba-tiba tanganku dicekal sala satu dari
mereka.
“AAA ...
!” Aku berteriak sekencang-kencangnya.
“Ssst
... diam, dong!” dia ingin menutup mulutku.
Aku
langsung menggigitnya. “Tolong!” Aku berteriak minta tolong.
Tiba-tiba
terdengar suara cowok.
“Hottake ba!” (bahas jepang yang artinya
: Jangan ganggu dia)
Dia
memukul orang yang mencegat tanganku, tanganku terlepas, aku segera berlari
menjauh dari mereka. Kulihat cowok itu memukul beberapa diantara mereka, lalu
berlari ke arahku dan menarik tanganku. Kami berdua lari menjauh dari
segerombolan orang yang menakutkan itu mencari tempat yang aman.
Setelah
merasa cukup jauh dari mereka kami berhenti. Kurasakan napasku sudah hampir
habis.
“Are you
OK?” tanya cowok itu.
Kuangkat
wajahku tuk melihat sang penyelamatku. Astaga! Apa aku mimpi? Kucubit diriku
sendiri seakan tak percaya dengan apa yang kulihat. Kisaragi Renji?! Mirip
banget, bangaimana bisa?!
“Hello?!”
dia membuyarkan lamunanku.
“Oh, umm
... I’m OK! Arigatoo gozaimasu!” (Arigatoo gozaimasu : Terima kasih )
“Hotto shita. Eh?! Can you speak Japan?”
tanyanya heran.( Hotto shita :
Sungguh melegakan)
“Hai!” (bahasa Jepang artinya : Iya)
“Watashi wa Masaya, Akagi Masaya desu. Anata
no namae wa dare desuka?” (Nama saya Masaya, Akagi Masaya. Nama kamu
siapa?) katanya sambil mengulurkan tangan tentu saja langsung kusambut.
“Watashi wa Ai, Ogata Ai desu!” (Namaku
Ai, Ogata Ai)
“Sayonara, Ai” ucapnya sambil melambaikan
tangan dan pergi. Aduh! Kenapa dia pergi sih! Cuma tau namanya aja. Ah payah!
####
I’m so heppy ^_^
1 pesan dari Mia
Kmrn2 sedih, skrng
heppy? Nggak ngerti aQ
Segera ku balas.
Bsk aq ceritain deh!
Biar aja kmu penasaran dulu. Hehehe
1 Pesan dari Mia.
Klw lg sdh, lngsng diceritain, klw senang tnggu besoknyaa!!
Hehehe... biarin aja ini
pembalasan karena kamu mengetakan aku takkan mungkin ketemu orang yang seperti
Kisaragi Renji. Buktinya hari ini aku bertemu orang yang seperti itu, Akagi
Masaya. Kira-kira dia lagi ngapain yah?!
####
Keesokan harinya, sepulang sekolah.
Marisa
tetap saja menjauhiku semenjak peristiwa itu, sepertinya dia belum bisa
memaafkan ku meskipun aku sudah pernah minta maaf dan menceritakan kejadian
yang sebenarnya. Dia tetap tidak percaya.
Mia
menghampiriku.
“Sepertinya
Marisa masih marah tuh?!” Mia membuyarkan lamunanku.
“Iya...”
jawabku dengan lesu.
“Eh,
katanya ada yang mau kamu ceritakan ke aku hari ini?!”
“Oh,
Iya... iya..” jawabku bersemangat.
“Wah,
wah, tadi lesu, sekarang langsung semangat ceritain kejadian kemarin.
Sepertinya kejadian besar nih.”tanyanya sambil
menggodaku.
“Kamu
takkan percaya... aku bertemu dengannya.”
“Dengan
siapa?” tanyanya penasaran.
“....KISARAGI
RENJI...!!!” jawabku dengan setengah berteriak.
“Impossible!”
katanya dengan acuh.
Wah, nih
anak sudah diberitahu yang sebenarnya, bukannya penasaran, langsung berkata
‘impossible’. Huh, lihat saja nanti, akan kubawa orangnya langsung
kehadapanmu. Tapi gimana caranya aku
bisa membawa orang itu kemari?! Aku cuma tahu namanya... Apakah nanti kami akan
bertemu lagi? Semoga saja. Akagi Masaya dimana kamu?
“Kamu
ini, sudah diberitahu... Maunya bertanya dong ‘ketemu dimana’? kayak gitu kek!”
Aku memasang tampang cemberut.
“Hahaha...
gitu aja kok udah cemberut?! Lagian cerita kamu itu sama sekali nggak logis.
Mungkin itu cuma mimpi.”
“Nggak! Nggak! Itu bukan mimpi.
Dia menolongku kemarin waktu ada orang jahat yang mendekatiku. Namanya Akagi
Masaya!!!” kataku dengan tegas dan pasti.
“OK,lah anggap
aja aku percaya.”
Aku
hampir putus asa untuk membuat temanku ini percaya, dan rasanya aku sudah
hampir dibuat mati kesal olehnya.
“Baiklah
akan kubuktikan padamu. Suatu saat nanti, akan kubawa dia langsung
kehadapanmu.”
Yah! Aku
akan membuktikan ucapanku kepadamu.
‘TIIT...TIIT...’
Hp Mia berbunyi.
“Yah
sudah, aku akan menantikan hari dimana kamu akan membuktikan perkataanmu. Tapi
sekarang aku harus pergi dulu, Kevin sudah menungguku di gerbang. Nggak apa-apa
kan kamu kutinggal sendiri?.... Oh dan juga jangan pulang terlalu kemalaman,
nanti terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.” Dia meninggalkanku dan melangkah
pergi.
Iya juga
yah, sebaiknya aku nggak boleh kemalaman seperti kemarin. Nanti Hiiy... Oh iya,
kan ada pintu belakang sekolah. Aduh, kenapa nggak pernah kepikiran sih olehku?
Bego! Sebaiknya lewat sana saja. Tapi ada bagusnya juga aku selalu menunggu
hingga semua siswa pulang, jadinya aku bisa bertemu dengannya.
SISWA BARU
2 Minggu kemudian diKelas XII-1
“Hari
ini kita kedatangan murid pindahan dari Tokyo, Jepang. Silahkan masuk!”
Seorang
cowok dengan tinggi 182 cm, berambut pirang, bermata coklat, hidung mancung,
dan berkulit putih memasuki ruangan.
“Selamat
pagi, nama saya Masaya, Akagi Masaya. Mohon bantuannya!” ucapnya dengan logat
dan cara penyebutan yang agak aneh.
“Wah,
gantengnya, manis pula...”
“Jane!!”
ucap kak Salsa “Kau jangan memalukan begitu! Jaga mulutmu!”
“Ikut
campur banget sih!” balas Jane dengan wajah judes.
“Baiklah
anak-anak,bapak harap kalian bisa cepat akrab dengannya.”
“Tentu
saja Pak, dengan senang hati.” Ucap Jane.
“Huuu...”
anak-anak yang lain meneriaki Jane yang sok cari perhatian.
“Sudah...sudah...
Masaya, silahkan duduk di sebelah sana.”
####
Kelas X-2
‘KRIING... KRIING’
“Anak-anak sekarang sudah
waktunya istirahat kalian boleh keluar sekarang.”
“Baik, Bu”
Perutku sudah keroncongan
sejak tadi. Sebaiknya aku segera ke Kantin aja. Tapi Mia kemana yah? Aku pergi
ndiri aja kalo gitu.
Di Kantin
“Uh,
Kenyang banget. Yah, tapi masih sisa banyak nih! Perutku udah full” seperti biasanya, hanya berkata
pada diriku sendiri.
Tiba-tiba
Mia datang dengan nafas ngosh-ngoshan.
“Ada apa
sih?” tanyaku heran.
“Hosh...
hosh... A.. A..”
“Apa
sih? Oh air? Nih minum dulu.” Kuberikan segelas air padanya.
Setelah
dia meminumnya. “Ai, aku percaya pada perkataanmu dulu.”
Aku
tambah heran kepadanya. “Perkataan yang mana sih?!”
“Tentang
Kisaragi Renji, dia beneran ada. Dan sekarang lagi ada di sekolah kita.”
“APA?!”
sontak aku berteriak dan bangkit dari tempat dudukku, semua orang di kantin
memandangiku.
Mia menarik
tubuhku untuk segera duduk.
“Jangan
berteriak gitu! Malu tahu.” Ujar Mia setengah berbisik.
“Mia...
kamu beneran-kan? Nggak bohong?!” tanyaku dengan setengah menangis karena haru,
karena saking bahagianya. Akhirnya kami bisa bertemu lagi.
“Iya...
pasti”
Aku tak
tahu harus berkata apa lagi, segera kurangkul Mia dan menangis haru, Mia
menenangkanku. Semua orang memandangi kami dengan heran.
Tiba-tiba
terdengar suara seorang cowok.
“Ai?!”
Sepertinya
aku mengenal suara itu segera aku melepaskan rangkulanku dari Mia, mencari
sumber suara yang memenggilku.
“Ma...
Ma... Masaya?!” kataku tak percaya. Aku hampir mati kegirangan dibuatnya.
“Ogenki desuka?” (Apakah anda baik/ Apa
kabar?)
Aku nggak bisa mengucapkan apa-apa lagi. Aku
senang sekali bisa bertemu dengannya lagi. Mia juga begong disampingku. Dia
mendekati kami.
“Oi!
Ai... Ai-chan.” Dia membuyarkan
lamunanku.
“Hai!”(Iya) jawabku.
“Kore wa nan desuka?” (Apa ini?)
“Kore wa sate ayam desu.” (Ini sate ayam)
jawabku, Mia hanya diam melihat kami berdua. Beberapa orang di kantin juga
memperhatikan kami. Masaya lalu duduk disampingku.
“Sate ayam wa oishii desuka?” (Apakah
sate ayam enak?)
“Eh, eh,
Hai, oishii desu” (Ya, tentu saja
enak) Jawabku dengan gugup karena merasa pandangan semua orang kepada kami, aku
juga merasa adanya beberapa pandangan yang tidak enak. “Eh, Bi! Pesan 1 porsi
sate ayam lagi”
Segera
bibi membawa 1 porsi sate ayam.
Aku
segera menyodorkan 1 porsi sate ayam itu kehadapanya. “Doozo meshiagatte kudasai” (silahkan cicipi)
Dia
mencicipinya. “Oishii.” (Enak)
“Eh,
Masaya juga ada disini? Kebetulan sekali yah?” kata seorang cewek yang
menghampiri kami, sepertinya senior. Sok, manis banget sih dia.
“Jane?!”
“Waah..
Masaya ingat namaku...” jawab dia tersipu malu-malu. Ekspresinya dipaksakan
banget.
Mia
menarikku lalu berbisik, “Aku muak liat mukanya. Liat aja ekspresinya
dipaksakan banget tuh. Hwek”
“Eh,
ngomong apa kalian!” bentaknya dengan wajah yang judes. “Oh, Eh, Masaya makan
apa?” Tampangnya berubah lagi menjadi sok manis yang dipaksakan 200%.
“Sate
ayam, Ai menawarkannya tadi padaku.”
Apa?
Di... Di... Dia bisa bicara dalam bahasa Indonesia? Lalu kenapa tadi denganku
menggunakan bahasa Jepang?
“Sate
Ayam nggak seberapa enaknya... Kita pergi ke sana aja yuk!” dia menarik tangan
Masaya lalu pergi. “Disana ada makanan yang lebih lezat dari itu.”
Yah..yah...
Masaya dibawa pergi ma si sok manis itu.
Aduh! Kenapa dia tidak nolak aja ajakan orang itu.
“Hahaha...
Ai-chan beginilah nasibmu, kalau
responmu terlalu lambat. Maunya kamu seperti orang itu- tu... Siapa lagi
namanya?” Mia mengejekku.
“Jane!”
jawabku dengan ketus.
“Iya,
kak Jane. Lihat dia, betapa agresifnya! Kamu juga kalau nggak mau kecolongan
harus lebih agresif dari dia.”
“Hahaha...”
Ketawa yang dipaksakan 500 % . “Apa kamu tidak merasa tindakan seperti itu
memuakkan dan menjijikkan.” Timpalku.
‘KRIIING...
KRIIING’
“Eh, sudah waktunya masuk. Udah dong! Nggak
baik loh pasang tampang judes terus. Ayo kita ke kelas.”
“Aaa...
Aku nggak punya gairah tuk belajar.”
“Apa-apain
sih, masa cuma gara-gara kayak gini nggak mau masuk belajar? Ayo! Jangan
merengek terus seperti anak kecil!” Mia menarikku memaksaku untuk ke kelas.
####
Sepulang sekolah
‘KRIIING... KRIIING...’
“Eh,
Mia, kamu mau ninggalin aku lagi?.”
“Maaf
banget ya, Ai. Tapi aku udah ada janji ma Kevin. Dia pasti udah nunggu aku di
gerbang.”
“Tapi
Mia, kalau kamu pergi, bagaimana nasibku? Aku nggak mau lewat di gerbang
sendirian. Nanti aku ketemu sama kak Ryan.”
“Maaf
yah,Ai. Tapi aku bena-benar nggak bisa.”
“Baiklah
aku mengerti, selamat bersenang-senang”
Terpaksa
aku harus lewat pintu belakang lagi, biar aman dari kak Ryan. Perlahan-lahan
aku melangkah menuju ke pintu belakang sambil memperhatikan sekelilingku, siapa
tahu ada yang ngikutin. Setelah kupastikan nggak ada, dengan pasti aku
melangkah keluar dari pintu belakang.
Oh My
God... Sial banget sih aku hari ini... Aku tak sangka kalau kak Ryan sudah ada
di pintu belakang.
“Hai,
lama tak jumpa.”
“Eh,
he... kak Ryan, kok bisa ada di sini?”
“Yah,
aku mendapat informasi kalau ada orang yang lewat pintu belakang untuk
menghindariku.”
Busyet...
mati aku, kenapa bisa ketemu di sini. Apa yang harus kukatakan yah?
“Eh,
nggak kok kak Ryan, aku nggak ngehindar...a..aku cuma senang aja lewat
belakang.”
“Oh,
Ya?!” katanya sambil mengelilingiku, bak seorang polisi yang sedang menginterogasi
penjahat. Aku seperti sedang menunggu eksekusi hukuman mati yang akan ditimpakan
padaku. Huh, gara-gara Mia nih, ninggalin aku sendirian. “Kamu ini benar-benar
aneh ya?! Kau tahu, selama ini tak ada cewek yang berani menghindar dariku.”
Oh,
tidak dia memegang tanganku. Aku berusaha membebaskan tanganku dari
cengramannya. Tapi tenagaku tidak cukup kuat untuk melawannya. Bagaimana ini?
Mana tidak ada siapapun di sini. Apa yang harus kulakukan.
“Jadilah
milikku. Akan kujadikan kau master cinta sejati. Aku tahu selama ini kamu belum
pernah mengalami yang namanya pacaran.”
Apa
katanya?! Aku tak bisa menerima ucapannya itu. Ucapannya barusan bagaikan
sebuah hinaan bagiku. Sontak aku langsung menamparnya.
“Aouw!”
katanya sambil memegang pipinya yang telah kutampar.
“Dengar
ya... Aku pasti nggak mungkin suka padamu. Jangan lagi kau menghinaku seperti
itu!!.”
“Kau
pasti... akan suka padaku.”
“Dasar
bodoh! Aku pergi sa...” belum habis perkataanku dia tiba-tiba menarik tanganku,
lalu mendorongku ke tembok. Seketika itu juga aku menjerit. “KYAAA!”
“Aku
ini... makin ditolak makin penasaran.”
Oh,
tidak. Seseorang tolong aku!
“Hei,
hentikan!” terdengar suara seseorang. Dia menarik bahu kak Ryan, lalu
mendorongnya menjauh dariku.
Kak Ryan
terjatuh lalu bangkit. “Oh, rupanya kau murid baru itu?! Jangan ikut campur
dengan urusanku. Ai itu milikku.”
Masaya
berdiri di depanku, melindungiku.
“Aku
nggak tahu apa yang terjadi. Tapi kau membuatnya takut.”
“Hahaha...
kau mau jadi pahlawan?! Sebaiknya kamu pergi les bahasa saja sana. Bicaramu
saja belum benar!.”
Bagaimana
ini, jangan sampai mereka berkelahi. Tapi aku juga nggak tau apa yang harus
kulakukan, aku benar-benar takut dengan kak Ryan. Saking takutnya aku memegang
dengan erat baju Masaya dan bersembunyi di belakangnya.
‘TIIT-TIIT’
Handphone kak Ryan berbunyi.
“Baiklah
aku akan tinggalkan kalian. Tapi urusan kita belum selesai Ai.” Kata Kak Ryan
lalu pergi meninggalkan aku dan Masaya.
Sungguh
melegakan sekali dia sudah pergi. Rasanya kaki lemas semua karena peristiwa
tadi. Aku langsung duduk dan melepaskan peganganku di baju Masaya. Masaya lalu
berbalik, dan duduk tepat di depanku.
“Kamu
tidak apa-apa?”
“Ya, aku
baik-baik saja.” Tunggu dulu, Eh, sekarang dia pakai bahasa Indonesia. Walaupun
nada bicaranya cukup aneh kalau pakai bahasa Indonesia. “Ehm, jadi kamu bisa
bahasa Indonesia yah?!”
“Tentu
saja! Aku berjuang selama tiga minggu untuk mempelajarinya. Tapi aku merasa
lebih nyaman menggunakan bahas Jepang.”
“Terima
kasih yah! Kamu menolongku lagi.”
“Ah,
Tidak! Aku cuma kebetulan lewat.”
“Ehm,
boleh aku mengatakan sesuatu...”
“Ya,
dengan senang hati aku akan menjawabnya.” Jawabnya.
Kukeluarkan
komik ‘Pink Innocent’ dari tasku.
“Aku rasa wajahmu mirip tokoh ‘Kisaragi Renji’ di komik ini.”
Dia
mengambil komik itu lalu memperhatikan dan membukanya. Kemudian dia langsung
tertawa. “Hahaha... ternyata Momoyuki serius dengan perkataannya waktu itu.”
Aku
tambah bingung dengan ucapannya.
Dia lalu
melanjutkan.
“Kotori
Momoyuki, penulis komik itu adalah sepupuku.”
“Apa?!”
Aku kaget 1000 %.
“Yah,
tiga tahun yang lalu dia datang kepadaku. Dan mengatakan akan menjadikanku
salah satu karakter komiknya. Aku tak percaya kalau dia seserius itu.”
Oh...
pantas aja dia mirip Kisaragi Renji. Eh, bukan! Bukan dia yang mirip Kisaragi
Renji, tapi Kisaragi Renji-lah yang mirip Akagi Masaya.
“Hmm...
kenapa Ryan bisa mengganggumu?” tanyanya.
“Aku
juga nggak tahu, tapi ini cuma sebuah kesalah pahaman.”
“Oh,
boleh tahu alamat e-mailmu?” (kalau di Jepang yang dimaksud alamat e-mail
biasanya no. handphone)
Wah, dia
minta no. Hp ku. Aku segera menuliskan no. handphone-ku dan kuberikan
kepadanya.
Dia juga
menuliskan no. handphone-nya dan memberikannya padaku. “Kalau Ryan mengganggumu
lagi. Hubungi saja aku. OK? Aku pasti akan membantumu.”
“Eh...
I... Iya...” Aku nggak tahu harus bilang apa. Dia sangat baik hati.
“Sudah
dulu, ya?! Sayonara Ai.” Katanya sambil berdiri.
Aduh,
dia sudah mau pergi nih. “Ehm, Masaya-nii
chan, Arigatoo gozaimasu!” (Kak Masaya, Terima kasih)
Dia
hanya tersenyum lalu pergi.
####
Mia jahat, gara2 kmu tinggalin aQ,
aQ ktmu ma k Ryan.
1 pesan dari Mia.
Bgmna
bisa???
Segera kubalas.
Yah bisalah, dia sdh tahu klw slma
ini aQ lwt pntu blkng.
1 Pesan dari Mia.
Jd gimana keadaanmu? Kmu g pa2 kan?
Segera kubalas.
Oh, jdi kmu msh pduli trhadp
keadaanku, kupikir kmu cuma pdli ma Kevin
1 Pesan dari Mia.
Maaf, kamu marah ya?
Segera kubalas.
Hai, atama kita.
1 Pesan
dari Mia.
AQ g ngerti.
Segera kubalas.
Artinya ‘Ya, aku marah’
1 Pesan dari Mia.
Maaf, aQ benar2 minta
maaf. Jangan marah ya, Ai
Hahaha... ni anak cepat banget
percaya kalau aku lagi marah. Padahal sekarang aku lagi bahagia banget. Untung
dia nggak ada jadi tadi aku bisa ngobrol-ngobrol ma kak Masaya. Hehehe...
1 pesan
dari 085988456xxx. Nomor siapa yah? Kayaknya aku pernah lihat ni nomor. Apa
mungkin... segera ku ambil kertas yang berisikan no. kak Masaya. Oh My God. Ini
beneran dia. Aku langsung membuka SMS-nya.
Konbanwa, Ai.(Selamat
Malam, Ai)
Aku serasa
melayang. Rasanya bahagia banget. Kalau pernah nonton iklan-nya kopi ‘Good
Day’, ungkapannya seperti itu. ‘Rasanya seperti menembus lapisan atmosfir
belapis-lapis, bareng paus terbang akrobatis, menuju rasi bintang yang paling
romantis’.
Segera kubalas
SMS-nya.
Konbanwa.
Oh, Iya,
aku juga harus segera nge-SMS Mia nih.
Aku Cuma brcnda kok, aQ
g mrh.Malahan aQ senang. Krn kmu nggak dtng, k Ryan gangguin aQ, tpi dtng k
Masaya nolongin aQ.
####
Tunggu part 3 nya yah, Bagaimana kisah antara Ai dan Masaya???
lagi dan lagi..tambah penasaran :D
BalasHapushahahaha.. nnti di upload kelanjutannya
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapuswoo~~woo~~woo~~
BalasHapusada rival~~~ ada RIVAL cinta >3<)/ *di capslock
sudah kuduga cinta terasa hidup ketika rival muncul =3=)/
*apakah akan menjadi cinta segitiga(?)
*ditunggu kelanjutannya, ekky-oneesama~~~ ^^
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus